Langsung ke konten utama

Izinkan Aku Mengenal-Mu



            Sejatinya manusia adalah makhluk yang paling sempurna Allah ciptakan, namun kesempurnaan itu adalah kesemuan yang nyata bagi mereka yang tak mau mensyukurinya. Begitupun keindahan adalah sesuatu yang Allah titipkan pada setiap episode hidup, bukan terletak pada indahnya tetapi bagaimana kita memaknai indah itu.Kemilau cahaya tak akan bisa terlihat jelas, jika kita tak meluangkan waktu untuk menatapnya. Bulan yang begitu indah pun takkan terlihat indah, jika kita tak merelakan untuk memandangnya. Maka perjalanan hidup ini tak akan pernah terasa damai, jika kita mencoba lari dari aturan-Nya. Tapi bagi ku sama saja, Aku meyakini, tapi Aku tidak percaya semuanya. Aku menghabiskan sebagian hidupku hanya untuk mereka, membiarkan waktuku berlalu dengan  segudang problem yang tak pernah terselesaikan.
Aku capek bu kalau terus-terusan disuruh sholat” , itulah yang ku katakan setiap kali Ibu menyuruhku sholat.
 “ Aku bosan dengan celotehan ibu, Aku mau bebas, Aku gak suka diatur-atur ”. Siang itu lagi-lagi Aku membuat ibu menangis. Tapi Aku tak peduli.
            Aku, ibu dan adik ku tinggal di lingkungan yang sangat kental agamanya. Ibu ku adalah orang yang sangat terkenal santun di kampung itu, tidak seperti Aku yang layaknya anak preman. Ia tak pernah absen dari pengajian yang selalu di adakan di kampungku. Adik ku Zahra adalah siswi yang berprestasi di sekolahnya. Ia selalu meraih juara 1 di sekolahnya. Adik ku sekolah di pesantren, dan ia sangat jarang sekali berada di rumah, kecuali saat libur-libur tertentu saja. Sedangkan Aku, Aku mahasiswa di salah satu Universitas di kota Bandung. Aku tinggal berdua dengan Ibu. Ayah ku sudah meninggal 6 tahun silam akibat serangan jantung yang dideritanya. Kepergian ayah ku sungguh mematahkan seluruh semangat ku, hidup ku jadi tak menentu. Bukan karena ibu tak memenuhi kewajibannya menggantikan posisi Ayah, tetapi Akulah yang gegabah menghabiskan waktuku dalam lingkaran maksiat yang sulit untuk Aku tinggalkan. Aku jarang berada di rumah, Aku lebih suka menghabiskan waktu ku di luar bersama teman-temanku. Hampir setiap hari Aku tak pernah menjalankan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Bukan Aku tak ingat, tapi aku sibuk dengan duniaku sendiri dan Aku melupakan-Nya.
            Pagi itu, tak seperti biasanya. Mereka menjauhi ku, teman-teman yang selalu membersamai ku dalam kemaksiatan itu menjadi orang yang paling membenci ku. sejak kejadian kemarin, Akulah yang menjadi puncak kebencian mereka. Teman-teman hampir tak mempercayaiku lagi, kecelakaan yang menewaskan Dedi, temanku, Akulah penyebabnya. Aku tak sengaja menyerempet motornya hingga ia terjatuh dan akhirnya meninggal di tempat. Tragis sekali, dan Aku tak akan membahasnya lebih lanju. Pagi itu juga aku bertemu seseorang yang menyapaku, seolah-olah ia mengenal ku. Ya... namanya Randa, Aku memang tak mengenalnya, tapi Aku senang berteman dengannya. Dia sederhana, dan bicaranya sopan. Aku mulai dekat dengannya, kami berbeda jurusan, tapi satu fakultas. Dia jurusan Fisika dan Aku Matematika. Hari demi hari aku semkin mengenalnya. Ia begitu aktif di salah satu organisasi islam di universitas. Suatu hari Ia mengajak ku untuk mengikuti pengajian di mesjid kampus. Aku sempat menolak, tapi ia tak memaksa ku. Berkali-kali ia mengajak dan aku selalu menolak ajakannya, dengan alasan tugas ku banyak, dan ia tetap tak marah kepada ku seperti teman-teman ku yang marah saat aku menolak ajakkan mereka.
            Pagi ini kelas kosong, tidak ada jadwal ku, tugas pun sudah ku selesaikan. Dan dia, Randa mengajak ku bertemu dengan teman-temanya. Awalnya Aku menolak, tapi lama-kelamaan akhirnya Aku menerima ajakannya. Setibanya Kami di tempat itu, Aku terkejut, Randa mengajak ku bertemu teman-temanya di mesjid. Bukankah jarang sekali
anak muda sekarang jika melakukan pertemuan di mesjid.
“ Kita mau ngapain Nda?”, tanya ku yang semakin heran.
“ bertemu teman-teman ku Jar, tenang aja Aku gak akan bawamu ke tempat yang aneh-aneh”.
Sesampainya di dalam mesjid, mereka sudah berkumpul, ternyata Randa memiliki teman yang lebih banyak dari teman-teman ku dahulu, padahal kalau di lihat, ia seperti tak memiliki teman selain Aku. Akhirnya aku berkenalan dengan mereka.
“ hei perkenalkan Aku Fajar”, Aku sedikit canggung. Saat itu semuanya berubah drastis, Aku mulai menjalankan kewajiban ku, setelah sekian bulan Aku tingalkan, Aku mulai sering mengikuti pengajian-pengajian bersama Randa. Aku meninggal kan semua kebiasaan buruk ku nongkrong di tempat-tempat gak  jelas. Aku mengenal islam lebih dalam, Aku meminta maaf pada ibu atas segala perbuatan ku selama ini, dan ibu begitu sangat bahagia mendengarnya, lagi-lagi Aku membuat ibu menangis, tapi kali ini tangisan itu adalah tangisan kebahagiaan melihat anaknya telah sadar.
“ Ibu bangga pada mu nak, semoga kau tetap dalam lindungan-Nya”, ibu memeluk ku erat sekali, pelukan kasih sayang yang sudah lama tak Aku sadari.
Ya Allah ketika Aku kembali pada-Mu, jangan biarkan diri ini, hati ini tersesat lagi, izinkan Aku mengenal-Mu, izinkan Aku mendekati-Mu. Dan izinkanlah Aku untuk tetap bisa merasakan manisnya iman ketika Aku berada di sisi-Mu. Ya Allah jadikan lah Aku seseorang yang senantiasa berada dalam agama-Mu, berkumpul bersama orang-orang sholeh dalam jannah-Mu kelak.
            15 Desember 2010 adalah saksi ketika hatiku benar-benar menemui jalan-Nya. Hari-hariku tak lagi kuhabiskan meminum minuman haram itu. Aku kembali, menjadi seorang pemuda yang ingin belajar lagi lebih dalam tentang agama-Nya. Aku memutuskan mengikuti semua pengajian yang disarankan oleh Ustadz Rahman, dan Rendy pun selalu setia menemani dan membimbingku ke jalan-Nya. Aku mulai fokus dengan segala kegiatan islami di kampusku, sulit, berat, itulah yang kurasakan ketika hampir semua teman-teman di kampus menghina penampilan ku, menghina semua perubahan ku yang bisa dibilang teramat drastis. Tetapi inilah hijrah cinta ku, ketika aku bisa merasakan begitu indah cinta-Nya pada ku dan ketika Aku bisa memaknai cinta yang sesungguhnya bahwa cinta itu adalah segala sesuatu dimana kita mampu meletakkan Allah di atas segalanya.
                                    Aku memilih-Mu ya Illahi Rabbi
                                    Ada segores rindu
                                    di setiap doa ku
                                    dalam sujud-sujud panjang ku
                                    tak mungkin ku berpaling
                                    dari indahnya jalan-Mu
                                    ku yakin Engkau membimbingku
                                    menuju hijrah cintaku
                                    selaksa rindu ini
                                    akan ku curahkan
                                    hanya pada-Mu Illahi Rabbi
                                    Izinkan Aku tuk selalu
                                    Memperbaiki diriku
                                    Hingga ajal memanggil ku dalam ridho-Mu
                                                                                                                                       28 Januari 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Nikmati Proses

Proses itu indah jika dijalani dengan hati yang ikhlas. Sebab ikhlas itu sendiri adalah keadaan dimana kau menyedikitkan untuk mengeluh atau bahkan tak ada kata-lata keluhan yang keluar dari lisan mu. Semua orang tau, semua orang merasakan bahwa lelah itu adalah bumbu dalam perjalanan hidup ini. Kita hanya perlu membangun semangat itu lebih kokoh lagi, mendirikan pundak-pundak yang tegar dan menjalankan proses ini sebagaimana mestinya sesuai koridor-koridor yang telah Allah terangkan dalam firman-Nya. Jangan lari dari aturan-Nya, sebab itu adalah kunci kita meraih ridho-Nya. Saya suka kali dengan kata-kata ini “Jangan minta Allah kurangi bebanmu, tapi mintalah Allah kuatkan pundakmu”. Memang begitulah layaknya kita. Tetaplah teguh. Jika permainan hidup ini laksana api yang membakar, maka biarlah ia membakar fisikmu tapi bukan imanmu. Jika jalanan panjang yang dilalui bagaikan jurang, maka jangan hiraukan panggilan-panggilan yang menginginkan kau jatuh.tetaplah fokus pada

Lukisan di Jalanan

Kerasnya medan jalanan Meneteskan luka yang kian merambah Melilitkan kisah keterpurukan hidup Sedang kita tak pernah melirik Bila saja bisa ku hapuskan Semua aspek kehancuran Kan ku pastikan tak ada lagi Praktek ketidakjujuran Tak ada lagi tangan-tangan mungil Yang berserakan di jalanan Manalah mungkin bias ku tatap Semua jeritan hati yang pilu Terluka oleh tangan yang penuh dosa Sebab aku bukanlah seorang yang berkuasa  Tapi ku yakin Kita kan menari dalam irama kedamaian Dalam batas-batas ketulusan Jum'at, 7 Juni 2013 Note: Tulisan abal-abal gendre puisi yang pertama kali terbit dan dibukukan masa-masa SMA