Langsung ke konten utama

Ketika Hawa Nafsu dan Dunia Lebih Dicintai Daripada Allah dan Rasul-Nya


Yuk teman-teman kita kilas balik sebuah perjalanan perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah, Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam.

Saat itu bukan tak ada rintangan yang dihadapi, bukan hanya sekedar mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya lantas tidak diuji. Justru sejak awal ketika Rasul perintahkan untuk memperkuat barisan, umat Muslim pada saat itu mulai goyah, bahkan tatkala  sudah berada di barisan Rasulullahpun, satu persatu mulai berguguran, mereka goyah dengan hasutan Abdullah bin Ubay. Di tengah perjalanan dari 1000 pasukan, hanya tinggal 700 pasukan Muslim yang bertahan sampai ke medan Uhud. 

Tetapi bijaknya Rasululullah, meskipun Abdullah Bin Ubay sudah berkhianat, Rasul tak goyah, Rasul tetap fokus pada tujuan.

Sementara Abu Sufyan dengan 3000 tentaranya sudah siap menghadapi umat Muslim yang hanya tersisa 700 an orang.

50 pasukan pemanah yang dikomandoi oleh Abdullah Bin Jubair Rasul persiapkan di atas bukit Uhud. Di awal mereka sami'na wa ato'na. Dan umat muslimpun masih menguasa medan Uhud. Naman tatkala sinyal-sinyal kemenangan sudah hampir diraih kaum Muslim. Beberapa prajurit mulai berseru "harta rampasan..."

Sehingga pasukan pemanah yang berada di atas bukinpun mulai goyah, akhirnya mereka turun, hanya karena mengikuti hawa nafsu, mereka melanggar perintah Rasul.

Rasul bilang, "Apapun yang terjadi, pasukan pemanah tetap berada di posisinya". Akhirnya hanya tersisa beberapa orang saja yang masih bertahan di atas Bukit Uhud.

Sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh pasukan Quraisy yg saat itu Khalid Bin Walid (sebelum memeluk Islam) melihat kesempatan itu untuk mengepung muslim dari berbagai arah, karena melihat umat muslim yang tergoda dengan harta rampasan perang.

Akhirnya 70 sahabat syahid dan Rasulpun mengalami luka serius di perang Uhud.

"...Diantaramu ada yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat" (Q.S.Al-Imran ayat 152)

Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang berguguran hanya karena mengikuti hawa nafsu. Sehingga kekalahan Allah hadirkan.

Yuk tingkatkan lagi ketaatan atas kebaikan-kebaikan yang Allah hadirkan.

Pangkas hawa nafsu tatkala ia menciderai keimanan kita.

Jangan biarkan hawa nafsu menguasa diri.

#Menulis #Muharam #SuarakanSejarah #HadirkanKeimanan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Nikmati Proses

Proses itu indah jika dijalani dengan hati yang ikhlas. Sebab ikhlas itu sendiri adalah keadaan dimana kau menyedikitkan untuk mengeluh atau bahkan tak ada kata-lata keluhan yang keluar dari lisan mu. Semua orang tau, semua orang merasakan bahwa lelah itu adalah bumbu dalam perjalanan hidup ini. Kita hanya perlu membangun semangat itu lebih kokoh lagi, mendirikan pundak-pundak yang tegar dan menjalankan proses ini sebagaimana mestinya sesuai koridor-koridor yang telah Allah terangkan dalam firman-Nya. Jangan lari dari aturan-Nya, sebab itu adalah kunci kita meraih ridho-Nya. Saya suka kali dengan kata-kata ini “Jangan minta Allah kurangi bebanmu, tapi mintalah Allah kuatkan pundakmu”. Memang begitulah layaknya kita. Tetaplah teguh. Jika permainan hidup ini laksana api yang membakar, maka biarlah ia membakar fisikmu tapi bukan imanmu. Jika jalanan panjang yang dilalui bagaikan jurang, maka jangan hiraukan panggilan-panggilan yang menginginkan kau jatuh.tetaplah fokus pada

Lukisan di Jalanan

Kerasnya medan jalanan Meneteskan luka yang kian merambah Melilitkan kisah keterpurukan hidup Sedang kita tak pernah melirik Bila saja bisa ku hapuskan Semua aspek kehancuran Kan ku pastikan tak ada lagi Praktek ketidakjujuran Tak ada lagi tangan-tangan mungil Yang berserakan di jalanan Manalah mungkin bias ku tatap Semua jeritan hati yang pilu Terluka oleh tangan yang penuh dosa Sebab aku bukanlah seorang yang berkuasa  Tapi ku yakin Kita kan menari dalam irama kedamaian Dalam batas-batas ketulusan Jum'at, 7 Juni 2013 Note: Tulisan abal-abal gendre puisi yang pertama kali terbit dan dibukukan masa-masa SMA