Langsung ke konten utama

Allah Ingin Kamu Tersenyum

   


 Ketika Allah memanggil salah satu orang yang kita cintai, pasti kita akan sedih dan tak bisa membendung air mata yang terus berurai. Tapi dibalik kesedihan yang kita alami, Allah juga menitipkan pesan, bahwa suatu saat nanti kita juga akan merasakan hal yang sama, dipanggil Allah dan orang-orang yang mencintai kita juga akan bersedih akan kepergian kita. kita sedang menunggu giliran, maka jadikanlah kabar kematian adalah nasihat yang dapat menghapus kelezatan dunia. Tidak apa bersedih...tapi selepas ini bangkit lagi ya... Allah ingin kamu tersenyum  lagi.

       Setidaknya ada banyak sekali  peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan membuat kita bertanya-tanya, selepas ini Allah sedang siapkan takdir terbaik apa? Ada banyak perjalanan juga yang perlu kita syukuri, jadi jangan hanya fokus pada kesedihan ya...dibalik kesedihan itu ada banyak cerita-cerita baru menanti. jadilah versi terbaik dari dirimu yang siap menghadapi setiap tantangan yang Allah hadirkan. Kamu adalah apa yang kamu pikirkan, maka jangan sisakan tempat di pikiranmu kecuali kebaikan. Biarkan ia tumbuh dan berkembang dalam mindset-mindset positif. Katakan pada dirimu:

    Wahai jiwa yang tenang

    Allah menyayangimu

    Apapun yang terjadi dalam hidupmu terimalah dengan hati yang lapang

    Izinkan Allah menuliskan skenario terbaik untukmu

    Wahai jiwa yang tenang

    engkau adalah hamba Allah

    Dialah yang menguasai langit dan bumi

    Jadilah hamba yang sabar

    Wahai jiwa yang tenang

    teruslah berprasangka baik kepada Allah

    maka engkau akan dapati bahwa Allah mencintaimu


                                                                                                                    Batam, 20 Juli 2024

                                                                                                                

     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Nikmati Proses

Proses itu indah jika dijalani dengan hati yang ikhlas. Sebab ikhlas itu sendiri adalah keadaan dimana kau menyedikitkan untuk mengeluh atau bahkan tak ada kata-lata keluhan yang keluar dari lisan mu. Semua orang tau, semua orang merasakan bahwa lelah itu adalah bumbu dalam perjalanan hidup ini. Kita hanya perlu membangun semangat itu lebih kokoh lagi, mendirikan pundak-pundak yang tegar dan menjalankan proses ini sebagaimana mestinya sesuai koridor-koridor yang telah Allah terangkan dalam firman-Nya. Jangan lari dari aturan-Nya, sebab itu adalah kunci kita meraih ridho-Nya. Saya suka kali dengan kata-kata ini “Jangan minta Allah kurangi bebanmu, tapi mintalah Allah kuatkan pundakmu”. Memang begitulah layaknya kita. Tetaplah teguh. Jika permainan hidup ini laksana api yang membakar, maka biarlah ia membakar fisikmu tapi bukan imanmu. Jika jalanan panjang yang dilalui bagaikan jurang, maka jangan hiraukan panggilan-panggilan yang menginginkan kau jatuh.tetaplah fokus pada

Lukisan di Jalanan

Kerasnya medan jalanan Meneteskan luka yang kian merambah Melilitkan kisah keterpurukan hidup Sedang kita tak pernah melirik Bila saja bisa ku hapuskan Semua aspek kehancuran Kan ku pastikan tak ada lagi Praktek ketidakjujuran Tak ada lagi tangan-tangan mungil Yang berserakan di jalanan Manalah mungkin bias ku tatap Semua jeritan hati yang pilu Terluka oleh tangan yang penuh dosa Sebab aku bukanlah seorang yang berkuasa  Tapi ku yakin Kita kan menari dalam irama kedamaian Dalam batas-batas ketulusan Jum'at, 7 Juni 2013 Note: Tulisan abal-abal gendre puisi yang pertama kali terbit dan dibukukan masa-masa SMA