Langsung ke konten utama

Postingan

Allah Ingin Kamu Tersenyum

      Ketika Allah memanggil salah satu orang yang kita cintai, pasti kita akan sedih dan tak bisa membendung air mata yang terus berurai. Tapi dibalik kesedihan yang kita alami, Allah juga menitipkan pesan, bahwa suatu saat nanti kita juga akan merasakan hal yang sama, dipanggil Allah dan orang-orang yang mencintai kita juga akan bersedih akan kepergian kita. kita sedang menunggu giliran, maka jadikanlah kabar kematian adalah nasihat yang dapat menghapus kelezatan dunia. Tidak apa bersedih...tapi selepas ini bangkit lagi ya... Allah ingin kamu tersenyum  lagi.         Setidaknya ada banyak sekali  peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan membuat kita bertanya-tanya, selepas ini Allah sedang siapkan takdir terbaik apa? Ada banyak perjalanan juga yang perlu kita syukuri, jadi jangan hanya fokus pada kesedihan ya...dibalik kesedihan itu ada banyak cerita-cerita baru menanti. jadilah versi terbaik dari dirimu yang siap menghadapi setiap tantangan yang Allah hadirkan. Kamu adalah apa ya
Postingan terbaru

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Ketika Hawa Nafsu dan Dunia Lebih Dicintai Daripada Allah dan Rasul-Nya

Yuk teman-teman kita kilas balik sebuah perjalanan perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah, Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Saat itu bukan tak ada rintangan yang dihadapi, bukan hanya sekedar mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya lantas tidak diuji. Justru sejak awal ketika Rasul perintahkan untuk memperkuat barisan, umat Muslim pada saat itu mulai goyah, bahkan tatkala  sudah berada di barisan Rasulullahpun, satu persatu mulai berguguran, mereka goyah dengan hasutan Abdullah bin Ubay. Di tengah perjalanan dari 1000 pasukan, hanya tinggal 700 pasukan Muslim yang bertahan sampai ke medan Uhud.  Tetapi bijaknya Rasululullah, meskipun Abdullah Bin Ubay sudah berkhianat, Rasul tak goyah, Rasul tetap fokus pada tujuan. Sementara Abu Sufyan dengan 3000 tentaranya sudah siap menghadapi umat Muslim yang hanya tersisa 700 an orang. 50 pasukan pemanah yang dikomandoi oleh Abdullah Bin Jubair Rasul persiapkan di atas bukit Uhud. Di awal mereka sami'na wa ato'na. Dan umat

Yakinilah Allah Menyertai Setiap Langkah

       Sebuah perjalanan panjang yang kita lalui di bumi Allah tentu membuat kita merasakan banyak hal yang telah menjadi bumbu dalam kehidupan kita. Ada yang manis, ada yang pahit yang semua itu adalah proses penempaan diri untuk menjadi insan yang kuat. Misalnya saat kita merasa dunia ini sudah begitu gelap, seolah tak ada jalan keluar, semua sudah terasa buntu, maka di situlah titik kita untuk mengambil jeda, mendekat pada-Nya dan mensyukuri semua yang sudah Allah berikan kepada kita. Percayalah teman-teman, bahwa saat kita sudah tidak tau lagi harus berbuat apa, maka saat itu pula pertolongan Allah akan hadir di sisi kita. Percayalah bahwa ketika kita yakin Allah menyertai setiap langkah kita, maka setiap detik yang kita lalui pun akan selalu tertaut dengan-Nya.    

Dialog Diri

  Pahit manisnya sebuah masa Menjadi cerita yang tak terduga Kini ia menjadi kisah diantara manusia Tentang tangisan seorang anak yang kelaparan Tentang ribuan pengangguran yang mengantri pekerjaan Dan sederet kegelisahan akan lemahnya pendidikan Ini masanya yang telah Allah gariskan Seperti kematian yang setiap jiwa akan merasakannya Tapi lagi lagi kisah ini penuh makna dan pengajaran Bahwa hanya pada-Nya lah sebaik-baik sandaran Bilapun air mata juga menjadi saksi yang menemani perjalanan Maka tetaplah tersenyum Bertahanlah… Cukuplah Dia yang menjadi kekuatanmu Dan saksikanlah sebuah pesan cinta dari-Nya Di balik kesulitan ada kemudahan   Batam, 16 November 2020 Antalogi ke 5 "Logophile nadir" 200 puisi terbaik penerbit Kosana Publisher Kita akan berkisah tentang kisah yang berbeda di bumi yang sama. Menulislah... menulislah... menulislah...

Berkaca Pada Sejarah

Terpikirkan tentang situasi negara yang semakin rumit, hukum yang antah berantah dan model kepemimpinan yang seakan menyengsarakan masyarakat (terlalu luas ya kalau bahas ke sini), tapi itulah realita yang ada. Kita ga bisa tutup mata dan telinga seolah tak melihat dan tak mendengar. Sebab kita adalah bagian dari negara, tak akan berdiri suatu negara tanpa adanya Rakyat (iya kita). Tapi saya tidak akan mengupas terkait hal itu, melainkan dari sisi sejarah yang sudah menjadi catatan paling the best untuk dicontoh dan diterapkan dalam kehidupan bernegara. Sebab pola sejarah itu akan terus terulang. Contoh realnya adalah pendemic Corona ini yang sampai saat ini masih terbilang belum aman,   walaupun new normal sudah diterapkan. Perhatikanlah bagaimana pola sejarah itu menemui kita. Sedangkan ratusan tahun lalu wabah/pendemic ini juga pernah dialami oleh para sahabat. Mari kita flashback kisah Abdullah bin Umar, seorang pemuda yang gemar bersedeqah dan ga pernah ninggalin sholat ta

Catatan Seorang Petualang

Langit masih menutup wajahnya, ketika kami hendak melangkahkan kaki, keluar dari tempat berteduh. Malam itu dingin, di tambah perjalanan yang panjang,  yang hanya di tempuh dengan berjalan kaki. Wajah kami lelah,  karena jam tidur yang terbilang singkat ditambah aktivitas yang sangat padat. Tetapi entah mengapa,  pada saat itu, serangga-serangga lampu menjadi lebih berharga dari hanya sekedar lelah yang kami rasa. Meskipun tidur  beralaskan tikar,  yang ditemani tetesan embun yang jatuh dari atas tenda dan suara-suara jangkrik yang begitu akrab, kami menikmatinya.  Kami sudah diajarkan hidup seperti ini sejak semester 2, ketika kami menjadi mahasiswa Biologi, tepatnya Ilmu Biologi, yang pada saat itu terkenal dengan padatnya jadwal laboratorium,  laporan dan praktek lapangan. Unik memang,  karena dengan begitu kami bisa memahami, bahwa semua makhluk hidup yang Allah ciptakan saling berkesinambungan. Kami pun berbaris memeriksa kelengkapan, tepat jam 2 malam,  pengamatan dimulai