Langsung ke konten utama

Kisah Di Bawah Langit Part 1




Menanamkan Energi Positif

“Seseorang yang hebat adalah dia yang mampu memberikan energi positif bagi dirinya dan orang-orang-orang di sekitarnya"

“Setiap orang selalu mempunyai cara dan konsep yang berbeda untuk menata diri”
Banyak orang di luar sana yang sampai saat ini tak mengerti dan tak mengetahui apa dan bagaimana menata diri, hingga akhirnya tak berujung hasil.
Saudaraku, ketahuilah bahwa setiap insan, setiap manusia mempunyai energi yang baik untuk terus ditanam dan dikembangkan. Tidak lain dan tidak bukan adalah energi positif. Sahabatku, sudah selayaknya kita harus menyadari bahwa kehidupan ini penuh dengan teka-teki dan tak ada yang bisa memastikan sampai kapan dan dimana hidup kita akan berakhir. Ibarat menaiki sebuah kendaraan maka kita harus tau kemana kita akan melaju kencang dan dimana kita akan berhenti. Begitu pula kehidupan ini. Kita harus tau untuk apa kita hidup? Untuk siapa hidup kita? Mau diisi dengan apa? Ketaatan atau kemaksiatan? Kitalah yang mempunyai kunci untuk menjalankannya dan tak terlepas dari kuasa sang Illahi Rabbi.
Mari sama-sama kita renungkan dalam diri mengapa adakalanya hidup ini terasa sulit dan penuh dengan kegalauan? Ketahuilah sahabatku, jika kita sering merasakan hal tersebut, maka berhati-hatilah dan bersegeralah kembali pada-Nya. Segala sesuatu yang ada dalam setiap sisi kehidupan kita adalah Allah sang maha pengatur-Nya. Jika bukan kepada Allah maka kepada siapa lagi kita harus kembali? Saudaraku, keikhlasan hati untuk selalu bersama-Nya sering sekali dikotori oleh silaunya dunia. Berapa banyak yang lalai hanya karena dunia yang sifatnya sementara, ingat hanya sementara sahabat, bukan selamanya. Lantas apa yang menghalangi kita untuk tetap teguh berada bersama-, Nya? Sampai saat ini, ketika saya menuliskan buku ini, saya masih melihat banyak sekali saudara-saudara yang saya cintai karena Allah menyerahkan hidupnya bukan kepada Allah, melainkan kepada manusia yang sebenarnya tidak pantas untuk dilakukan. Dan tidak ada jaminan disisinya.
Sahabat, memberikan energi positif bagi diri sendiri terkadang memang lebih sulit dibandingkan menghantarkan energi positif ke orang lain. Kita bisa saja ngomong panjang lebar, memotivasi habis-habisan teman kita yang lain, tapi kita lupa menanamkan energi positif dalam diri kita. Mungkin kita masih bertanya-tanya bagaimana sebenarnya menanamkan energi positif dalam dari kita?? Jawaban hanya satu, Allah. Mengapa saya katakan Allah? Karena kita tidak akan mungkin bisa membangun energi positif dalam jangka waktu yang panjang jika kita tidak pernah berusaha mendekatkan diri pada Allah. Sebab jika di hati kita sudah ada Allah maka semua energi positif itu akan mengalir di setiap darah dan denyut nadi kita.
Siapa diantara sahabat semua yang ingin merasakan keindahan hidup bersama Allah? Menanam dan mengalirkan energi positif pada setiap orang? Angkat tangan dan katakan “SAYA”.
Inilah tips-tipsnya :
1. Aku siap
Katakanlah pada diri kita “AKU SIAP”, Aku siap membuang semua prasangka buruk dalam pikiranku dan menumbuhkan nilai-nilai positif dalam pikiran dan tindakan ku.

2. Komitmen
Setiap orang punya tujuan ataupun arahnya masing-masing dalam menjalankan kehidupan. Maka apapun itu berkomitmenlah di dalam perjalanan. Berapa banyak yang gugur di dalam perjalanan padahal tempat tujuan sudah hampir sampai.

Bersambung...




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Nikmati Proses

Proses itu indah jika dijalani dengan hati yang ikhlas. Sebab ikhlas itu sendiri adalah keadaan dimana kau menyedikitkan untuk mengeluh atau bahkan tak ada kata-lata keluhan yang keluar dari lisan mu. Semua orang tau, semua orang merasakan bahwa lelah itu adalah bumbu dalam perjalanan hidup ini. Kita hanya perlu membangun semangat itu lebih kokoh lagi, mendirikan pundak-pundak yang tegar dan menjalankan proses ini sebagaimana mestinya sesuai koridor-koridor yang telah Allah terangkan dalam firman-Nya. Jangan lari dari aturan-Nya, sebab itu adalah kunci kita meraih ridho-Nya. Saya suka kali dengan kata-kata ini “Jangan minta Allah kurangi bebanmu, tapi mintalah Allah kuatkan pundakmu”. Memang begitulah layaknya kita. Tetaplah teguh. Jika permainan hidup ini laksana api yang membakar, maka biarlah ia membakar fisikmu tapi bukan imanmu. Jika jalanan panjang yang dilalui bagaikan jurang, maka jangan hiraukan panggilan-panggilan yang menginginkan kau jatuh.tetaplah fokus pada

Lukisan di Jalanan

Kerasnya medan jalanan Meneteskan luka yang kian merambah Melilitkan kisah keterpurukan hidup Sedang kita tak pernah melirik Bila saja bisa ku hapuskan Semua aspek kehancuran Kan ku pastikan tak ada lagi Praktek ketidakjujuran Tak ada lagi tangan-tangan mungil Yang berserakan di jalanan Manalah mungkin bias ku tatap Semua jeritan hati yang pilu Terluka oleh tangan yang penuh dosa Sebab aku bukanlah seorang yang berkuasa  Tapi ku yakin Kita kan menari dalam irama kedamaian Dalam batas-batas ketulusan Jum'at, 7 Juni 2013 Note: Tulisan abal-abal gendre puisi yang pertama kali terbit dan dibukukan masa-masa SMA