Langsung ke konten utama

MENGENAL CINTA DI JALAN DAKWAH


Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa 2017
Aku masih ingat kapan pertama kali aku mulai kepo tentangmu, tentang rumah yang sering dihuni kakak-kakak pada masa itu. Setiap Jum'at, ketika pelajaran usai, mereka berdiri di depan gerbang sekolah, dengan lisan yang santun, dan senyum yang rekah mengajak adik2nya berkumpul mengikuti kajian. Iya mereka menyebutnya kajian, khusus perempuan, rutin setiap hari Jum'at pada pukul 12.00 WIB. Tempatnya bisa di Mushollah atau di ruang2 kelas.
Aku yang masih polosnya pada saat itu, anak SMP yang baru beralih ke masa SMA juga kepo tentangmu, salah satu organisasi di sekolah, yang penghuninya di dominasi oleh kakak2. Pada satu Jum'at Aku pun bergabung, mendengarkan dengan seksama materi yang disampaikan, bosan? Iya,
waktu itu Aku merasa bosan, karena pingin cepat2 pulang, maklum anak remaja yang masih suka main2. Kemudian waktupun silih berganti, hari dan bulan yang terasa cepat terlewati. Akupun mulai disibukkan dengan kegiatan Pramuka, les dan berbagai kegiatan lainnya yang menurutku lebih penting dari rumah bernama ROHIS itu. Namun tepat Aku menginjak kelas 2 SMA, di tengah padatnya agenda2 di sekolah, Aku merasa ingin pulang ke rumah pertama yang ku kenal semasa SMA, rumah yang sempat kuabaikan adalah rumah paling nyaman untuk bernanung di tengah hiruk pikuknya rutinitas sekolah. Saat itu adalah titik balik ku. Aku benar2 berhijrah, sehelai jilbab yang kupakai, kini telah berubah menjadi dua helai dan 3 helai jilbab yang dilapis untuk ditutupi ke kepala hingga dadaku. Aku merasa lebih nyaman dan tenang, rumah ini mengenalkanku dengan Cinta yang harus di tanam dalam diri seorang Muslimah, salah satunya mencintai agar auratnya tak mudah dilihat oleh seseorang yang bukan mahromnya. Kisah di balik jilbabku, tentu menuai kontropesi dari teman2 yg notoben gaul, mereka menamai jilbab ini, jilbab yang memekakkan telinga, karena terlalu tebal. Maklum, SMA ku sekolah gabungan, yang di dalamnya ada non muslim, bahkan di setiap kajian Jum'atan , mereka juga ada kegiatan PA, yang diisi dengan nyanyian2, tapi itulah indahnya toleransi di sekolahku, saling menghargai meski berbeda.
Suatu hari, di sebuah toko berlantai 2, di atas sana Aku dan teman ku menerima satu materi tentang DAKWAH, materi indah yang disampaikan dengan lembut, tentang "Orang2 yang membersamai jalan ini, memang tidak banyak, memang tidak semua orang akan bertahan, karena Allah telah menyeleksi dan memilih kalian lah orangnya yang inshaAllah istiqomah menebar kebaikan", kurang lebih kata2nya begitu, motivasi yang disampaikan seorang kakak, yang saat itu benar2 menghujam di hati. Selepas mentoring itu, Aku benar2 semakin yakin inilah wadah buat aku belajar dan terus belajar. Rumah sederhana bernama ROHIS ini, telah mengajarkan banyak hal, kakak2 yang Allah kirimkan untuk ku, adalah orang2 keren, yang telah membuatku jatuh cinta sama dunia literasi, membuat ku lebih pede beragumentasi, membuatku semakin semangat nasihati teman2 yang waktu itu masih doyan sama pacaran, menjadi tempat yang rela dengarin celotehan diri yg unfaedah, menjadi motivator saat merasa down karena ejekan dan menjadi alarm pengingat agar terus berbenah.  Semoga Allah selalu melindungi mereka, aamiin Allahumma Aamiin.


Sampai pada titik Aku memasuki dunia kampus pun, masih ada kakak yang remainderin agar tetap istiqomah, masyaAllah jalan DAKWAH ini telah mengenalkan ku pada banyak hal. Sebenarnya kalau dipikir2 ulang, memang kitanya yang butuh banget sama DAKWAH, bukan DAKWAH nya yang butuh kita.
Dan saat Aku sudah memasuk dunia kampus, Aku jadi teringat dengan semua nasihat2 yang pernah disampaikan oleh kakak2 Rohis semasa SMA, benar, dunia kampus itu harus kita kenal terlebih dahulu, agar ketika kita memasukinya, kita tidak salah arah, tidak mudah terbawa arus dan diobok2 oleh perang2 pemikiran yang akan menjadi makanan bagi mahasiswa2 baru ketika tidak jelas arah dan tujuannya mau ngapain aja dikmpus.


Kampus adalah salah satu wadah untuk kita bertumbuh  dan bergerak, apakah kita bertumbuh dalam nilai2 kebaikan atau justru membuat kita bergerak dalam nilai2 keburukan, itu adalah pilihan dimana kita akan menambatkan hati kita.

Pada kesempatan ini, ternyata Allah masih memilih ku, hamba yang penuh dosa ini untuk tetap berada di barisan yang sama, barisan DAKWAH yang semakin mengajarkan banyak hal tentang jalan yang panjang ini. Rasa syukur yang mengiringi langkah ini ketika lagi2 Allah mempertemukanku sama orang2 hebat yang mengisahkan kami dalam satu kisah yang sama.
Aku masih sangat ingat kaki2 kita berhimpun dalam barisan yang bertakbir. Kita menyebutnya keluarga, karena pada saat itu, aku benar2 merasakan kekeluargaan yang menumbukan cinta pada setiap pertemuan dan perjuangnnya. Dalam jalan DAKWAH ini, Aku telah diajarkan agar meluaskan hati untuk tetap bersabar meski dalam kondisi yang tak di suka.


Bertahun-tahun membersamai, DAKWAH ini telah menuntunku melihat dunia luar, saat itu Aku masih sangat ingat, transit di Bandara Soekarno-Hatta berjam2, nyari tempat makan murah, ga nemu dan akhirnya makan cuma pakai telur dan kuah yang harganya selangit, hehehe. Akhirnya tiba juga di Jogja, di sana, di kampus UGM, Aku dipertemukan dengan berbagai kepala yang tidak sama, mengenalkanku pada banyak budaya. lagi-lagi Allah mengajarkan ku tentang hakikat persaudaraan karena iman. MasyaAllah indah sekali Cinta yang Engkau tumbuhkan di jalan ini.


Kala itu Aku semakin jatuh cinta dengan jalan DAKWAH ini.


Kekuatan di jalan ini adalah kekuatan Allah, Cinta di jalan ini adalah cinta karena Allah. Masa2 perjuangan di kampus adalah masa2 indah untuk di putar ulang. Aku tak lupa bagaimana gesitnya senior2 ku, betapa banyak ilmu yang diberikan cuma2. Aku juga masih sangat ingat bagaimana perjuangan-perjuangan di eksekutif dan legislatif, indah sekali. Membahas konstitusi mahasiswa menjadi makanan sehari2, sidang umum mahasiswa dari pagi sampai pagi, hingga lelapnya tidur tak dirasa lagi, kampanye2 kreatif  yang membuat kita berlarian dari satu agenda ke agenda lain, sampai lupa jadwal makan dan istirahat. MasyaAllah indah sekali jalan DAKWAH ini, deburan ombak menjadi saksi kita, berhimpun  dalam doa2 agar Allah ridhoi setiap sisi dari perjuangan kita, dan air mata mulai mengalir saat doa2 itu Engkau ijabah ya Allah, kemenangan saat itu adalah kemenangan-Mu.


Perjalanan DAKWAH yang panjang ini telah mengenalkanku pada hakikat cinta yang sesungguhnya, yang membuatku memahami bahwa DAKWAH ini memiliki komponen yang saling berkesinambungan, ialah  aktivitas, objek, tujuan, cara dan sasaran, begitulah materi yang pernah ku dengar dari ustadz Dedi Martoni dalam pertemuan 2019 lalu. Beliau juga mengingatkan bahwa kalau ingin umat suskes,maka Hasan Al-Banna telah menuliskan bahwa kita harus memiliki tekad membaja yang tak pernah melemah, kesetiaan yang teguh dan tidak tersusupi oleh kemunafikan dan pengkhianatan, pengorbanan yng tidak dibatasi oleh keserakahan mandiri serta keyakinan dan penghormatan terhadap fikroh.


Tulisan ini hanya sebagai alarm pengingat bahwa jalan panjang yang sudah  dilalui jangan sampai mematahkan semagat kita untuk terus berjalan bersama jalan ini, sekalipun luka dan air mata pernah mengihiasi kisah kita.


"Andai perjuangan ini mudah, pasti ramai yang menyertainya. Andai perjuangan ini singkat, pasti ramai yang istiqamah di jalannya. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia, pasti ramai yang tertarik padanya. Tapi hakikat perjuangan bukan begitu. Turun-naiknya, sakit-pedihnya, umpama kemanisan yang tidak terhingga (Hasan al-Banna)".


Semoga siapapun yang pernah terkisah dalam kisah ini, Allah istiqomahkan kita untuk terus membersamai jalan ini dan meluaskan manfaat dimanapun kita berada, Allahumma Aamiin.

Saintis Muda MIPA (Orang2 yang berpikir)
Lembaga Dakwah Fakultas Ulul Albab

Batam, 12 April 2020
Membuka Lembaran Sejarah






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Nikmati Proses

Proses itu indah jika dijalani dengan hati yang ikhlas. Sebab ikhlas itu sendiri adalah keadaan dimana kau menyedikitkan untuk mengeluh atau bahkan tak ada kata-lata keluhan yang keluar dari lisan mu. Semua orang tau, semua orang merasakan bahwa lelah itu adalah bumbu dalam perjalanan hidup ini. Kita hanya perlu membangun semangat itu lebih kokoh lagi, mendirikan pundak-pundak yang tegar dan menjalankan proses ini sebagaimana mestinya sesuai koridor-koridor yang telah Allah terangkan dalam firman-Nya. Jangan lari dari aturan-Nya, sebab itu adalah kunci kita meraih ridho-Nya. Saya suka kali dengan kata-kata ini “Jangan minta Allah kurangi bebanmu, tapi mintalah Allah kuatkan pundakmu”. Memang begitulah layaknya kita. Tetaplah teguh. Jika permainan hidup ini laksana api yang membakar, maka biarlah ia membakar fisikmu tapi bukan imanmu. Jika jalanan panjang yang dilalui bagaikan jurang, maka jangan hiraukan panggilan-panggilan yang menginginkan kau jatuh.tetaplah fokus pada

Lukisan di Jalanan

Kerasnya medan jalanan Meneteskan luka yang kian merambah Melilitkan kisah keterpurukan hidup Sedang kita tak pernah melirik Bila saja bisa ku hapuskan Semua aspek kehancuran Kan ku pastikan tak ada lagi Praktek ketidakjujuran Tak ada lagi tangan-tangan mungil Yang berserakan di jalanan Manalah mungkin bias ku tatap Semua jeritan hati yang pilu Terluka oleh tangan yang penuh dosa Sebab aku bukanlah seorang yang berkuasa  Tapi ku yakin Kita kan menari dalam irama kedamaian Dalam batas-batas ketulusan Jum'at, 7 Juni 2013 Note: Tulisan abal-abal gendre puisi yang pertama kali terbit dan dibukukan masa-masa SMA