Kebahagian adalah langkah awal yang
terbentuk dalam hatiku. Hidup kian lama semakin membisu, seperti mata yang
kehilangan cahayanya dan bersandar pada dinding-dinding tanpa pintu. Dialah
Cyntia syifa prayoga, wanita cantik dengan wajah oval dan lesung pipit di kedua
pipinya. Dia wanita sholeha yang tidak banyak menuntut pada kedua orangtua ku,
Dia tak pernah menunjukan wajah kesal pada Ayah dan Ibu ku. Aku bahagia
menjalani hidup bersamanya. Dia tak pernah lelah menjagai ku. Ayah ku tak kalah
hebat darinya, Dia adalah ibu dalam hidup aku dan kak Cyntia. Dua tahun yang kelam, dua tahun buram
berlalu bagaikan angin dalam kehidupan Aku dan Ayah, walau sempat meruntuhkan
semua semangat ku. Kak Cyntia selalu mengajari ku banyak hal, mulai dari
tersenyum yang baik, hingga rutinitas yang harus ku lakukan setiap harinya. “ Ayah,kak Cyntia jahat “ , manja ku saat
itu ketika kak Cyntia mulai mengganggu ku. Rumah itu selalu pecah dengan canda
tawa kami. Tapi hari ini, angin berhembus begitu kencang, berarak membawa
langit menjadi hitam, dan hujan menjadi indah di pagi ini, menggulung semua
kenangan semasa Aku masih bisa tertawa bersama mu.. Aku masih tetap bahagia
meskipun janji yang kau janjikan dulu tak akan pernah terwujud lagi. Kak Cyntia
Aku merindukan mu. Hari ini, hujan ini menyulap semua ingatan ku 5 tahun yang
lalu, disaat Aku masih memakai seragam putih biru. Dulu kau pernah bilang “ Bahwa apapun yang datang di kehidupan kita
harus di syukuri, sekalipun kehilangan sesuatu yang sangat kita cintai. Karena
sejatinya semua yang ada dalam hidup kita adalah titipan “. Aku begitu
egois saat itu, bahkan Aku tak mengerti nasehat apa yang kau sampaikan pada ku
kak. Tapi hari ini, Aku merindukan mu kak, Aku merindukan semua kebersamaan
kita. Sejak Ibu di panggil oleh sang pencipta,
kau telah menjadi ibu beserta kakak ku. Aku bangga kak. Dalam hidup ku kau
motivator terhebat setelah ibu. Tapi lagi-lagi Aku menutup telinga ku kala itu.
Aku rindu kak. Hari ini persis seperti kau menghembuskan napas di dekat ku dan
Ayah. Aku bisa merasakan kesedihan yang mendalam itu di hari ini, kesedihan
yang juga hampir membuat Ayah putus asa, karena kehilangan kedua kalinya wanita
sholeha seperti mu kak. Hujan ini begitu memaksa ku meneteskan hujan di pipi
ku. Tapi tenang kak, meskipun kau tak menepati janji untuk mendampingi ku di
sini. Aku bahagia kak, Aku bisa mewujudkan impian mu berada di Universitas ini.
Salam rindu ku bersama hujan untuk mu kakak.
Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk
Komentar
Posting Komentar