Langsung ke konten utama

Tentang Hidup



Apa mungkin Aku bisa kembali seperti Aku masih kecil dulu?
Anak kecil itu sungguh ceria,tertawa sesuka hatinya,tanpa merasa beban dalam hidupnya.Aku yang hanya duduk diam di bawah sbuah pohon yang rindang,menatap langit yang begitu setia menemani hari-hari ku.Sunyi,sepi saat ini,dengan penuh kesedihan.Aku tidak tau kenapa aku begitu sedih ketika harus gagal,ketika Aku disepelekazn,ketika Aku diabaikan,dan ketika Aku harus enyah dari hadapan Dia yang Aku percayai mengkhianati ku.Memang sulit mengubah posisi yang terlanjur salah.Tidak mudah bagi ku tertawa lepas seperti sediakala ketika Aku masih kecil dulu.Bukan maksud ku untuk menyalah kan waktu.Tetapi itulah yang menjadi fokus ku saat ini.Anak kecil begitu jujur menjalani hidupnya.Saat ia terjaatuh dan merasakan sakit,maka ia akan jujur mengatakan kepada semua orang.Sedangkan Aku,apa mungkin Aku mengatakan pada mereka yang menjatuhkan ku?.Anak kecil tidak akan menyerah sebelum apa yang diinginkannya terapai.Sedangkan Aku sangat rapuh dan mudah menyerah.Anak kecil mampu membuat orang-orang disekitarnya tersenyum dan bahkan tertawa lebar,ketika segala keunikan yang ada pada dirinya dipertunjukannya.Bahkan sangat mudah baginya menghapus rasa sakit yang dirasakannya ketika terjatuh.Aku yang hanya bisa membaca kesedihan dan melewatkan kebahagiaan yang sebenarnya Akulah kebahagiaan itu sendiri.
HIDUP,
ku tulis kata itu dalam buku catatan ku,ketika Aku masih duduk di bawah pohon yang rindang itu,sambil  menatap langit yang masih cerah dan setia menemani kesendiriaan ku kala itu."HIDUP" kata yang sederhana namun sulit untuk dimengerti dan selalu berubah-ubah artinya.
Sebenarnya hidup itu apa?
 ketika ku tanyakan pada seorang kakek yang tiba-tiba menghampiri ku dan duduk di samping ku.Dengan nada yang santai kakek itu menjawabnya "Kata orang hidup itu sederhana,mudah,happy,dan kita harus menikmatinya.Memang ada benarnya juga dan kakek tidak menyalahkan pandangan mereka tentang hidup.Tetapi begitu simpelkah hidup itu?
Tidak...
Bagi kakek hidup itu adalah bagaimana cara mengenal diri sendiri,mengenal Tuhan,dan mengenal lingkungan sekitar.Bukan hanya memfokuskan diri pada dunia saja dan melupakan Sang Khaliq yang telah menciptakanmu.Bahkan keduanya haruslah seimbang agar kita tetap bisa bertahan dalam cahaya dunia ini.Karena kita tidak akan tau kapan cahaya itu akan redup dan kemudian hilang bersama dirimu".Mata ku masih tetap menatap langit,ketika kakek menjelaskan itu pada ku.
Aku benar-benar tidak mengerti apa yang Kau katakan? Sambung ku dengan suara datar.Seketika suasana menjadi sangat hening.Bahkan burung-burung di pohon itupun tidak membunyikan suranya lagi.
hmm,kakek itu mulai merespon apa yang aku katakan,
"Mengerti dan tidak mengerti bukanlah hal yang harus diperhatikan,Kau masih sangat muda untuk mengerti hidup dan Kau masih sangat rapuh untuk menjadi kuat.Maka izinkanlah Aku membantu mu berdiri untuk lagi.Karena kesedihan,bersedih bukanlah jalan yang harus kau pilih.Tetapi bangkitlah yang harus kau lakukan".
Mendengar penjelasannya yang kedua kalinya,membuat Aku memalingkan wajaah ku ke hadapannya.Tetapi sayang,kakek itu telah pergi meninggakkan ku sendiri lagi.Aku telah keliru mengabaikan orang yang menemani ku.
Terasa  perih rasanya mata ku terlalu lama menatap langit yang telah menemaniku.Sepertinyapun langit mulai menutup wajahnya dari pandangan ku dan Aku berusaha untuk menarik jiwaku yang terlalu lama berada dalaqm alam kesedihan.Akhirnya ku tinggalkan pohon yang telah memberi ku tempat menyaksikan langit menutup wajahnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Nikmati Proses

Proses itu indah jika dijalani dengan hati yang ikhlas. Sebab ikhlas itu sendiri adalah keadaan dimana kau menyedikitkan untuk mengeluh atau bahkan tak ada kata-lata keluhan yang keluar dari lisan mu. Semua orang tau, semua orang merasakan bahwa lelah itu adalah bumbu dalam perjalanan hidup ini. Kita hanya perlu membangun semangat itu lebih kokoh lagi, mendirikan pundak-pundak yang tegar dan menjalankan proses ini sebagaimana mestinya sesuai koridor-koridor yang telah Allah terangkan dalam firman-Nya. Jangan lari dari aturan-Nya, sebab itu adalah kunci kita meraih ridho-Nya. Saya suka kali dengan kata-kata ini “Jangan minta Allah kurangi bebanmu, tapi mintalah Allah kuatkan pundakmu”. Memang begitulah layaknya kita. Tetaplah teguh. Jika permainan hidup ini laksana api yang membakar, maka biarlah ia membakar fisikmu tapi bukan imanmu. Jika jalanan panjang yang dilalui bagaikan jurang, maka jangan hiraukan panggilan-panggilan yang menginginkan kau jatuh.tetaplah fokus pada

Lukisan di Jalanan

Kerasnya medan jalanan Meneteskan luka yang kian merambah Melilitkan kisah keterpurukan hidup Sedang kita tak pernah melirik Bila saja bisa ku hapuskan Semua aspek kehancuran Kan ku pastikan tak ada lagi Praktek ketidakjujuran Tak ada lagi tangan-tangan mungil Yang berserakan di jalanan Manalah mungkin bias ku tatap Semua jeritan hati yang pilu Terluka oleh tangan yang penuh dosa Sebab aku bukanlah seorang yang berkuasa  Tapi ku yakin Kita kan menari dalam irama kedamaian Dalam batas-batas ketulusan Jum'at, 7 Juni 2013 Note: Tulisan abal-abal gendre puisi yang pertama kali terbit dan dibukukan masa-masa SMA