Langsung ke konten utama

Panggilan Hati



Wahai hati yang sejatinya lembut, pernahkah kita memikirkan semenit saja bahwa kepunyaan Allah lah segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit, Dialah pemilik segalanya, Dialah penguasa segalanya. Kita yang sungguh sangat kecil ini ga ada apa-apanya. Apa-apa yang ada pada kita hanyalah titipan yang sewaktu waktu semua itu akan diambil, dalam hitungan detik,menit, jam, bahkan kita ga tau. Saudaraku, sadarkah kita bahwa dunia ini adalah jembatan menuju sang Illahi Rabbi, ga ada yang bisa memastikan nafas kita akan terhenti dimana, ga ada yang bisa menjamin ketika kita kembali ke rumah,  apa kita masih melihat wajah orang-orang yang kita sayangi,.
Wahai saudaraku sadarilah, hati ini akan terasa kaku ketika kita semakin jauh dari-Nya. Sadarkah kita sudah berapa waktu yang kita habiskan untuk mengeluh? Berapa waktu yang sudah kita habiskan untuk melalaikan perintah-Nya? Hari ini mungkin kita masih diberikan waktu oleh Allah untuk menjalani hidup, tapi siapa yang menjamin satu jam kedepan, apakah kita masih bisa bernafas, berjalan, menjalankan aktivitas seperti biasanya, mungkin saja bagi Allah menarik segala nikmat-Nya dan kita terbujur kaku sebelum semua rencana kita terlaksanakan. Bersyukurlah, bersegeralah, jangan menunda-nunda, karena kita gak akan tau dimana ajal kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Allah Mencintai Kita

  Entah waktu yang begitu cepat memisahkan kebersamaan kita, atau kitanya yang terlalu kuat menambatkan cinta. Sehingga ketika waktunya selesai, kitapun masih mencari alasan untuk menetap. Tapi yang jelas karena Allah lah yang merekatkan hati-hati kita, dan kita tak ingin pisah dari kebersamaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Mungkin seberat ini ya melepaskan itu...tapi biar bagaimanapun tugas kita akan berpindah dari satu pundak ke pundak yang lain. Regenerasi itu yang kelak akan meneruskan.. Penuh cinta dan kedamaian ketika Allah panggil kita satu persatu ke tempat yang lain, bergilir..sehingga linangan air mata itu perlahan-lahan jatuhnya... kita mencintai jalan ini... Dalam satu momen diskusi santai kita, pernah berucap "gimana ya kalau nanti kita ga di sini lagi, apakah kita sudah benar-benar menyiapkan regenerasi yang akan melanjutkan estafet dakwah ini?" Kekhawatiran itu menghampiri kita yang tengah menghitung hari beranjak pergi.. Ya Allah entah hati apa yang Engk

Nikmati Proses

Proses itu indah jika dijalani dengan hati yang ikhlas. Sebab ikhlas itu sendiri adalah keadaan dimana kau menyedikitkan untuk mengeluh atau bahkan tak ada kata-lata keluhan yang keluar dari lisan mu. Semua orang tau, semua orang merasakan bahwa lelah itu adalah bumbu dalam perjalanan hidup ini. Kita hanya perlu membangun semangat itu lebih kokoh lagi, mendirikan pundak-pundak yang tegar dan menjalankan proses ini sebagaimana mestinya sesuai koridor-koridor yang telah Allah terangkan dalam firman-Nya. Jangan lari dari aturan-Nya, sebab itu adalah kunci kita meraih ridho-Nya. Saya suka kali dengan kata-kata ini “Jangan minta Allah kurangi bebanmu, tapi mintalah Allah kuatkan pundakmu”. Memang begitulah layaknya kita. Tetaplah teguh. Jika permainan hidup ini laksana api yang membakar, maka biarlah ia membakar fisikmu tapi bukan imanmu. Jika jalanan panjang yang dilalui bagaikan jurang, maka jangan hiraukan panggilan-panggilan yang menginginkan kau jatuh.tetaplah fokus pada

Lukisan di Jalanan

Kerasnya medan jalanan Meneteskan luka yang kian merambah Melilitkan kisah keterpurukan hidup Sedang kita tak pernah melirik Bila saja bisa ku hapuskan Semua aspek kehancuran Kan ku pastikan tak ada lagi Praktek ketidakjujuran Tak ada lagi tangan-tangan mungil Yang berserakan di jalanan Manalah mungkin bias ku tatap Semua jeritan hati yang pilu Terluka oleh tangan yang penuh dosa Sebab aku bukanlah seorang yang berkuasa  Tapi ku yakin Kita kan menari dalam irama kedamaian Dalam batas-batas ketulusan Jum'at, 7 Juni 2013 Note: Tulisan abal-abal gendre puisi yang pertama kali terbit dan dibukukan masa-masa SMA